Bagi para santri, modernitas adalah sesuatu yang sudah sejak awal sangat disadarinya. Karena seiring berjalannya waktu, kemajuan sain dan teknologi, pasti akan meniscayakan perlunya dasar ilmu keagamaan yang kuat, agar tidak mudah larut, tergerus, dan dicengkeram oleh deru modernitas dengan segala dampak buruknya. Karena itu, bahwa para santri dan para lulusan pesantren, harus bisa mewarnai peran-peran strategis di belantara perpolitikan di tanah air, apakah itu lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Tentu karena beberapa pos jabatan tersebut, mengharuskan ada tambahan “Pendidikan formal” maka mereka pun siap mengikuti dan menambah syarat formal tersebut. Namun bagi posisi jabatan tertentu yang mencukupkan kompetensi keilmuan tanpa pendidikan formal tertentu, mereka sudah sangat siap menduduki posisi-posisi strategis tertentu, termasuk jabatan politik, apakah di partai politik, atau menduduki jabatan politik tertentu.
Bagi para santri, terminologi “santri” tidak pernah selesai, akan terus melekat pada dirinya, apalagi jika berhadapan dengan kyainya yang dulu mengejawantah dirinya, dari sosok calon santri hingga menjadi santri yang sudah memimpin pondok pesantren atau yang berkarir di berbagai jabatan organisasi kemasyarakatan maupun di partai politik atau kewirausahaan (entrepreneurship) lainnya. Ketika mereka sowan atau menghadap Kyainya, maka selama itu pula “watak” dan sikap santrinya akan terus terbawa.
Menjadi Santri itu adalah Hebat dan
Keren karena beberapa hal diantaranya yaitu :
1. Santri selalu terlatih dengan jiwa
keikhlasan
Jiwa keikhlasan itu, jiwa yang mendorong timbulnya suatu
amal bukan untuk memperoleh keuntungan-keuntungan duniawi tertentu, melainkan
semata-mata hanya karena Allah, untuk beribadah.
Santri yang berada dipondok pesantren, selalu beribadah
kepada Allah, menjalankan sunnah-sunnah Rasul dan selalu mendoakan orang tuanya
dirumah. Pertanyaannya, sudahkah kita beribadah dan mendoakan orang tua kita
dengan ikhlas?
Selain itu, semua waktu bermain mereka, selalu diarahkan
dengan hal-hal yang mendidik dan bermakna ibadah. Betapa indahnya, ketika kita
hidup dengan lingkungan yang selalu mengingatkan kita, untuk terus beribadah
serta melakukan segala hal dengan penuh keikhlasan. Itulah alasan pertama,
mengapa para santri bisa hebat dan keren.
2. Memiliki jiwa kesederhanaan dan hidup
tanpa kemewahan
Jiwa kesederhanaan adalah jiwa yang mendorong seseorang
untuk bisa hidup tanpa kemewahan, kehidupan pesantren di samping diliputi
keikhlasan, juga diwarnai oleh suasana kesederhanaan. Kesederhanaan bukan
berati kemiskinan, karena dibalik kesederhanaan itu tersimpan suatu unsur
kekuatan dan ketabahan hati, serta penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan
hidup dengan segala kesulitannya.
Kita termasuk korban gadget (pengguna hp,
internet, madia sosial, dll)? Jangan berdiam diri! segera ambil tindakan.
Tanpa kita sadari, setiap hari kita selalu menikmati kemewahan yang tidak
berwujud. Santri yang hidup di pesantren itu, tidak pernah menggunakan gadget,
tapi mereka masih tetap update dengan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan
perkembangan zaman.
3. Santri memiliki jiwa kesanggupan
untuk hidup mandiri
Mandiri, berdiri di atas kaki sendiri. Bagaimana santri
tidak mandiri? Mereka hidup di pesantren tanpa didampingi orang tua ataupun
kerabat terdekat. Kehebatan santri untuk hidup mandiri, selalu dilatih dalam
keseharian mereka di pesantren.
Mereka tidak pernah mengandalkan dan tergantung kepada
orang lain. Pakain yang kotor dicuci sendiri, kamar yang kotor disapu sendiri,
pengeluaran uang dianggarkan sendiri. Didikan ini merupakan senjata hidup yang
ampuh dan sangat sesuai dengan etos kerja islami.
4. Selalu memperkuat Ukhuwah
Islamiyah (ikatan persaudaraan)
Nah, ini cocok banget untuk kita yang masih takut tidak
punya saudara ketika hidup di pesantren. Padahal, dengan kita hidup di
pesantren dan menjadi seorang santri, kita akan mendapatkan pengganti dari
semua hal yang kita tinggalkan di rumah. Salah satunya adalah persaudaraan.
Orang yang tidak pernah kita kenal sebelumnya akan menjadi
saudara dan keluarga baru kita. Semua ini karena para santri selalu
mengutamakan sistem Ukhuwah Islamiyah (ikatan persaudaraan).
Santri selalu merasakan kesenangan bersama menanggung kesulitan bersama. Jadi,
semua masalah yang dihadapi akan terasa ringan karena dihadapi dengan
bersama-sama.
Bahkan, iktan persaudaraan ini tidak hanya dilakukan
ketika didalam pesantren saja, tetapi juga mempengaruhi kehidupan mereka
setelah terjun di masyarakat luas.
5. Bebas berkreasi dan mengeluarkan
ide-ide cemerlangnya
Setiap orang pasti punya ide, inovasi, dan kreasinya
masing-masing. Setiap santri yang hidup di pesantren selalu diberikan kebebasan
untuk terus berkarya, mengembangkan bakat mereka dengan hal-hal yang
mendukungnya. Mereka dididik untuk bebas berfikir dan berbuat, bebas dalam
menentukan masa depannya, dalam memilih jalan hidup di masyarakat kelak.
Semua kebebasan tetap berada dalam pengawasan sang guru.
Jadi tidak ada kebebasan yang tidak bernilai pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar